Saat ini akses angkutan umum ke Bandara Soetta, praktis hanya dilayani oleh armada Bus Damri. Kalau pun ada armada PO bus lain, skalanya sangat terbatas, bisa dihitung dengan jari. Akibat keberadaannya yang monopolistik itu, mengakibatkan managemen Damri tidak mempunyai standar pelayanan yang jelas. Yang bisa dilakukan managemen Damri hanya menaikkan tarif secara reguler. Bahkan ketika harga BBM turun, tarif bus Damri ke Bandara Soetta tidak turun. Ini jelas tidak fair jika disandingkan dengan pelayanan yang diberikan pada konsumennya.

Menurut pengaduan konsumen dan hasil pengamatan YLKI di lapangan, berikut ini 10 permalahan utama performa pelayanan bus Damri ke Bandara Soetta:

1. Jadwal kedatatangan dan keberangkatan yang tidak jelas.
2. Sistem ticketing yang masih manual, dan patut diduga ada “permainan”
3. Sopir Damri masih bermental “sopir angkot”, bus berangkat menunggu penumpang penuh;
4. Kondisi kabin bus yang kotor, kumal, dan terkesan kumuh. Apa bedanya dengan bus kota?
5. Free wifi yang abal-abal karena selalu dimatikan.
6. Akses hot line service yang tidak jelas, karena hanya berupa no hp yang jika ditelepon tidak diangkat
7. Adanya sopir tembak yang tidak tahu jalan
8. Tidak mempunyai mekanisme penanganan pengaduan, misalnya jika barang konsumen tertinggal.
9. Bus mogok di jalan, penumpang disuruh turun, tanpa pertanggungjawaban yang jelas, dan
10.

Atas performa pelayanan yang buruk tersebut, hal yang sangat mendesak dilakukan oleh Kemenhub dan managemen Angkasa Pura 2 adalah:

1. Evaluasi besaran tarif Damri. Managemen Damri tidak bisa senaknya menetapkan tarif tanpa ukuran dan standar yang jelas;
2. Tetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM), baik di perjalanan, kabin bus, pengemudi, dll
3. Buka persaingan yang fair untuk akses ke Bandara Soetta. Pelayanan Damri seenaknya karena monopolistik
4. Buat hot line service dan penanganan pengaduan konsumen yang online, terutama via media sosial
5. Perbaiki rekruitmen pengemudi bus Damri.

Buruknya pelayanan Bus Damri berdampak langsung terhadap citra pelayanan Bandara Soetta. Apalah artinya upaya Direksi Angkasa Pura membuat jargon smile airport dengan berbagai inovasi pelayanan, tapi saat konsumen meninggalkan bandara konsumen menjadi galau dan manyun oleh akibat pelayanan bus Damri yang buruk?