JAKARTA – Bank Indonesia (BI) berhasil menyelamatkan potensi kerugian negara Rp3,12 triliun pada rentang Oktober hingga Desember berkaitan dengan maraknya kejahatan penipuan bermodus short message service (SMS) yang berisikan permintaan transfer dengan menggunakan rekening bank.

Ketua Tim Mediasi Perbankan Bank Indonesia Sondang Martha Samosir mengatakan, SMS yang seolah- olah salah alamat dan berisikan nomor rekening tersebut diduga kuat sebagai salah satu bentuk penipuan menggunakan rekening bank dengan identitas palsu. Menurut Sondang, sepanjang Oktober hingga November, BI mendapatkan1.473 laporan dari masyarakat mengenai SMS transfer ini.Sebagai tindak lanjut, BI melaporkan 1.084 rekening yang diduga melakukan penipuan dan sebanyak 1.075 di antaranya telah diblokir.“Jumlah rekening yang dilaporkan dan diblokir paling banyak pada Oktober,yaitu 407 rekening,dan potensi kerugian yang berhasil diselamatkan mencapai Rp1,57 triliun,”ungkap Sondang di Jakarta kemarin. Dia mengingatkan,setelah SMS transfer,saat ini mulai marak modus penipuan baru dalam bentuk layanan pemesanan tiket pesawat via SMS. Menurut dia, modus kejahatan itu hampir sama dengan SMS transfer, yaitu sindikat pelaku menyebarkan informasi melalui SMS ke nomor ponsel secara acak ke masyarakat.

Berbeda dengan SMS transfer yang seolah-olah salah kirim dan mencantumkan nomor rekening, dalam kejahatan ini pelaku memberikan penawaran layanan pemesanan tiket pesawat dengan harga murah. Apabila masyarakat merespons, penipu akan menanyakan tujuan dan tanggal keberangkatan, informasi nama yang akan tertera di tiket serta umur layaknya informasi ketika memesan tiket secara online.Penipu akan menginformasikan ke calon korban kode bookingpesawat.

Setelah masyarakat melakukan recheck kode booking ke maskapai penerbangan penerbit dan kode booking tersebut dinyatakan terpesan sesuai dengan nama mereka, penipu akan meminta masyarakat melakukan pembayaran via transfer ke rekening bank. “Setelah uang ditransfer, si penipu tadi akan membatalkan pesanantiketyangsudahter-booked. Hasilnya,sampai waktu keberangkatan, masyarakat tidak akan pernah dapat tiket yang mereka pesan,”ungkapnya.

Pengamat perbankan Krisna Wijaya menilai, banyaknya identitas palsu yang bisa digunakan sindikat penipu ini memang tidak terlepas dari lemahnya sistem kartu tanda penduduk (KTP). Krisna menilai, untuk memastikan secara detail tentang keaslian identitas nasabah, bank memang memiliki keterbatasan karena keterbatasan waktu dan keahlian bank.“Biasanya untuk identitas bank akan meminta KTP asli dan fotokopian dari nasabah,”ujarnya. Menurut Krisna, bila menyangkut penipuan dan pemalsuan memang akan menjadi sulit.

Salah satu solusi yang dapat meredam pemalsuan identitas ini adalah melalui KTP elektronik (e-KTP). Anggota Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir menilai, maraknya penipuan bermodus SMS menggunakan rekening bank tersebut karena Bank Sentral dan pihak perbankan kurang sigap mengantisipasi. ”Mestinya pihak bank harus segera menginfokan nomor-nomor penipuan tanpa harus ada korban terlebih dahulu,”kata dia.

Sumber :Seputar Indonesia.com

Gambar diambil dari sini