Selamat kepada warga Kota Bandung dan Jabar, atas diresmikannya terminal baru Bandara Husein Sastra Negara (BDO), yang cukup megah. Diresmikan pada Rabu, 06 April 2016. Sebagai enklave sipil, Bandara BDO secara managerial dikelola oleh PT Angkasa Pura 2. Ini tentu sangat membanggakan karena terminal sebelumnya kondisinya sangat kumuh, over capacity, crowded, bak terminal bus saja.

Namun demikian, bukan berarti Bandara BDO tanpa permasalahan dan keluhan, khususnya dari sisi pelayanan pada konsumen. Berdasar pengamatan dan wawancara dengan petugas dan konsumen, setidaknya terdapat  3 (tiga) keluhan utama konsumen Bandara BDO, yakni:

1. Area parkir yang sangat terbatas. Akibatnya jika peak session terjadi antrian yang sangat panjang, dan semrawut. Lebih ironis lagi, sekalipun hanya drop saja, tetapi konsumen tetap dikenakan tarif. Ini jelas tidak adil;

2. Bus besar tidak boleh masuk ke area bandara, sehingga sangat menyulitkan konsumen yang rombongan, dan apalagi konsumen asing, dengan belanjaan banyak (misalnya konsumen dari Malaysia). Padahal jarak dari bandara ke jalan raya sekitar 200 meter.

3. Pelayanan taksi yang sangat tidak standar, khususnya dari sisi pentarifan, dan jenis armada. Pengemudi taksi sering menetapkan tarif secara sepihak dengan main tembak.

Bandara yang sudah megah itu, seharusnya diback up dengan pelayanan pendukung yang prima. Bukan malah sebaliknya. Mustinya, tiga persoalan itu bisa diselesaikan jika ada koordinasi yang kuat dan sinergis antara managemen PT Angkasa Pura 2, Mabes TNI AU, dan juga Wali Kota Bandung. Misalnya taksi, okelah dikelola TNI AU, tapi mustinya ada Standar Pelayanan Minimal. Juga mustinya disediakan “shuttle”, untuk menghubungkan bandara dengan jalan raya, sehingga tidak malu-maluin konsumen asing yang berombongan.