Menggunakan kantong plastik menjadi hal jamak di negeri ini. Belanja di pasar tradisional yang becek, mencari kebutuhan harian di toko-toko kelontong pinggir jalan, sampai berbelanja di supermarket nan megah, kantong plastik setia menyertai. Ya, kantong plastik sudah menjadi ‘kebutuhan pokok’ – baik oleh produsen maupun konsumen – penenteng barang belanjaan. Selain karena sifatnya yang praktis, kantong plastik juga berkesan murah meriah. Dengan kata lain pedagang/produsen tidak harus merogoh kocek terlalu dalam untuk menyediakan kantong jenis ini. Merekapun  bisa memberikan kantong ini secara cuma-cuma pada konsumen tanpa dibebani biaya tambahan sebagai bagian dari pelayanan.

Dengan maraknya penggunaan kantong plastik, tidak mengherankan jika dalam satu hari saja dunia ini bisa menghasilkan sampah plastik dalam jumlah yang sangat fantastis. Disinyalir ada sekitar 1 trilyun kantong plastik yang digunakan oleh masyarakat seluruh dunia dalam satu tahunnya. Dari angka tersebut, setiap individu rata-rata menyumbang sekitar 170 kantong plastik pertahun. Jumlah yang cukup besar tentunya untuk membungkus sebuah kota dengan plastik.

Kantong plastik sebagian besar terbuat dari polyethene (PE), suatu bahan thermoplastic yang tidak mudah terurai oleh alam. Sampah kantong dari jenis ini baru dapat terurai secara sempurna setelah terendap di alam selama kurun waktu 500 – 1000 tahun. Hanya sekitar 1% kantong plastik bekas yang dapat didaur ulang, terutama karena sulitnya memilah berbagai jenis plastik yang digunakan dan tak sebandingnya biaya daur ulang dengan harga jualnya, sehingga hampir semua kantong plastik dipastikan terbuang menjadi sampah.

Selama kurun waktu tersebut, ketika sampah kantong plastik mengendap di tanah, terapung-apung di air, maka berandil besar dalam perusakan lingkungan, menghambat peresapan air, mengurangi kesuburan tanah, menyebabkan terjadinya banjir dan menyumbang percepatan pemanasan global.

Mengurangi Kantong Plastik.

Menggunakan kantong plastik, memang tidak dilarang. Namun berusaha mengurangi penggunaan yang berlebihan agaknya perlu mendapatkan dukungan. Betapa selama ini penggunaan kantong plastik sering berlebihan hanya dalam sekali tempo belanja. Selain tidak ekonomis, juga memberi sumbangan pada besarnya sampah plastik di bumi ini.

Di negara-negara maju, penggunaan kantong plastik pada toko dan supermarket mulai dibatasi dan digantikan dengan kantong kain. Eropa, Amerika, dan sebagian Asia, pusat perbelanjaan mereka sudah menerapakan prinsip no plastic bag give away.  Ritel besar di negara tersebut sudah memiliki kebijakan tertentu sehubungan dengan meminimalisir penggunaan kantong plastik. Di Inggris misalnya, konsumen harus membayar sekian sen untuk menebus tas plastik sebagai tempat membawa barang belanjaan, sebaliknya bila membawa tas sendiri, konsumen mendapatkan bonus potongan harga sekian persen dari jumlah yang harus dibayar. Begitu juga yang terjadi di Belanda.

Di San Francisco (AS), toko dan supermarket yang masih menyediakan kantong plastik akan dikenakan denda $100 atau sekitar Rp 1 juta (kurs US$ 1 = Rp 10.000) untuk pelanggaran pertama kali. Denda tersebut akan meningkat menjadi $200 pada pelanggaran berikutnya. Bahkan untuk pelanggaran yang ketiga kalinya akan dikenai denda sebesar $500.

Sedangkan cara yang dilakukan oleh toko-toko/supermarket di Australia guna meminimalisir penggunaan kantong plastik adalah dengan ‘menjual’  tas belanja dari kain dengan harga yang sangat murah dan bisa dipakai berkali-kali. Bahkan di Perancis, supermarket “memaksa” konsumennya untuk membeli tas kain ramah lingkungan.

Indonesia memiliki cara tersendiri dalam menyiasati hal ini. Masyarakat kita mengenal pembungkus dari bermacam daun dan mengenakan tas belanja berbahan alami. Seperti tas belanja dari jerami, rotan, pelepah pohon pisang dan lain-lain. Di beberapa tempat, seperti pasar tradisional, ketika konsumen membeli dalam jumlah banyak, penggunaan kardus sebagai tempat belanja menjadi hal yang lazim. Selain lebih mudah didaur ulang oleh alam, menggunakan kardus juga terlihat lebih eye catching.

Bahkan beberapa ritel modern atau supermarket terkemuka juga sudah menyediakan kantong kain untuk menggantikan kantong plastik. Meski tidak diberikan secara gratis, kantong kain ini bisa digunakan berkali-kali dan berharga murah.

Kepedulian semua pihak.

Sayangnya, di Indonesia belum semua toko atau supermarket memberikan kebijakan sejenis. Dan tidak semua konsumen juga yang dapat menerima pengertian seperti ini. Meminimalisir penggunaan kantong plastik, diperlukan kepedulian semua pihak.

Konsumen dapat memberikan kontribusinya dengan membawa tas/kantong sendiri ketika hendak berbelanja. Di pasar tradisional hal ini bisa saja dilaksanakan seperti yang pernah dilakukan orang-orang tua dulu, sedangkan bila di supermarket atau ritel modern, memang akan menjadi hal yang kurang lazim. Namun untuk kepedulian lingkungan tidak ada salahnya, paling tidak konsumen dapat menolak penggunaan kantong plastik secara berlebihan.

Sedangkan pihak produsen, seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa supermarket ternama di Indonesia, dengan menyediakan kantong kain murah yang dapat dipakai berkali-kali. Kebijakan manajemen dengan menawarkan pilihan kemasan pada konsumen untuk menggunakan kardus karton akan turut meminimalisir penggunaan kantong plastik.

Menyelamatkan bumi dari sampah plastik menjadi tanggung jawab semua. Menggunakan kantong plastik memang bukan barang haram, namun kepedulian semua pihak untuk meminimalisir penggunaannya akan sangat membantu dalam menghambat pemanasan global yang sekarang ini banyak dibicarakan.

 

Agus Sujatno, Staff YLKI

Sumber:

www.pemanasanglobal.net.

www.akuinginhijau.org

Gambar diambil dari sini