Bagi Anda para orang tua yang memiliki anak balita, mainan anak bukanlah hal baru dan asing. Untuk menyenangkan sang buah hati, membelikan mainan anak menjadi salah satu pilihannya. Lewat mainan tersebut, orang tua berharap anak mendapatkan kesenangan. Mainan biasanya juga dijadikan sarana bagi orang tua untuk menghentikan tangisan buah hati. Namun sejatinya, ada nilai lebih dari sekedar mengalihkan perhatian anak ketika hendak ditinggal sang ayah bekerja.
Mainan merupakan media yang digunakan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Lewat mainan pula sang anak dapat menstimulasi perkembangan fisik, motorik kasar dan halus, keberanian, kognitif (kemampuan berpikir) dan juga psikososial. Sementara aktivitas bermain merupakan hak setiap anak. Bermain bagi anak sama pentingnya dengan mendapatkan hak pendidikan. Dengan bermain, telah melibatkan interaksi dan merangsang pola pikir anak, melatih kecerdasan serta emosi anak.
Namun tidak semua jenis mainan anak positif dan dapat menjadi perangsang pertumbuhan. Dibutuhkan jenis mainan yang mendidik (mainan edukasi) untuk mencapai hal itu. Mainan yang tentu saja sesuai dengan umur si anak, bersifat pembelajaran dan tidak mengarah pada hal yang berbau kekerasan. Mainan edukasi merupakan suatu bentuk mainan yang mendidik dengan menggunakan alat yang juga bersifat mendidik.
Bermain dengan mainan edukasi penting bagi anak-anak. Ini disebabkan mainan edukasi mampu meningkatkan pemahaman terhadap totalitas kediriannya. Artinya, dengan bermain anak sedang mengembangkan kepribadiannya. Mainan anak juga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan kemampuan menciptakan hal-hal baru, meningkatkan kemampuan berpikir anak serta mempertajam perasaan anak.
Disamping itu, bermain dengan mainan edukasi mampu memperkuat rasa percaya diri anak, merangsang imajinasi anak, melatih kemampuan berbahasa anak, mampu melatih motorik halus dan motorik kasar anak, membentuk moralitas anak, melatih keterampilan anak dan mengembangkan sosialisasi anak serta membentuk spiritualitas anak.
Lantas, mainan mana yang masuk kategori mainan edukasi? Mainan edukasi merupakan jenis mainan dengan berbagai bentuk geometri (seperti segitiga, segi empat, persegi panjang, lingkaran), puzzle dan berbagai jenis mainan balok, angka dan huruf lainnya.
Penggunaan mainan edukasi telah menjamur di berbagai kalangan masyarakat. Mainan ini kerap digunakan pada usia anak 2 – 5 tahun atau pada tingkat pre school. Sebut saja PAUD (pendidikan anak usia dini), Playgroup, TK (taman kanak-kanak) bahkan tidak jarang kita temukan dokter spesialis anak pun menggunakan mainan jenis ini untuk metode terapinya.
Tingginya minat konsumen akan mainan edukasi menimbulkan maraknya penjualan mainan edukasi di berbagai tempat, mulai dari pasar tradisional hingga ke pusat perbelanjaan ternama. Produsen mainan anak pun tak hanya didominasi oleh para pengusaha lokal, tetapi serbuan dari produk impor, khususnya produk China telah pula merambah pangsa pasar ini. Bahkan produk China, dengan berbagai jenis model dan merek mainan serta dengan harga yang murah merupakan saingan berat produk lokal.
Celakanya, terindikasi tidak semua mainan edukasi terbuat dari bahan aman bagi anak. Jenis pewarna misalnya, benarkah menggunakan bahan pewarna yang aman? Dari fenomena ini, sejak bulan Maret 2011, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melakukan pengujian keamanan kimiawi mainan edukasi anak.
Pembelian sampel dilakukan secara random di 5 wilayah DKI Jakarta. Sampel mainan ini dibeli di pasar mainan (Gembrong/Prumpung), swalayan, ITC, maupun toko buku. Jumlah sampel sebanyak 21 (dua puluh satu) jenis dengan berbagai warna yang bervariasi.
YLKI memilih laboratorium Afiliasi Kimia Universitas Indonesia untuk menguji sejumlah sampel tersebut. Sedangkan hal-hal yang diujikan meliputi; kandungan logam berat dalam cat yang digunakan untuk mainan edukasi. Beberapa logam yang diuji, antara lain; Pb (timbal), Hg (merkuri), Cd (Cadmium) dan Cr (Cromium). Selain pengujian laboratorium, dilakukan juga analisa label pada produk yang diuji untuk label pada kemasan dan pengamatan secara kasat mata untuk tampilan fisik dari mainan edukasi ini, seperti cat yang berbau menyengat dan berwarna mencolok, cat yang mudah terkelupas.
Hasil Uji
Mengetahui kandungan logam berat dalam mainan edukasi, tidak bisa serta merta dilakukan secara kasat mata. Hal inilah yang menjadi kendala bagi mayoritas konsumen dalam memilih apakah mainan tersebut banyak mengandung logam berat atau tidak. Dari hasil uji yang dilakukan YLKI terhadap ke-21 sampel terpilih, didapat hasil seperti pada tabel 01.
Tabel 01. Jenis Mainan, Warna serta Kandungan Logam
No. |
Jenis Mainan |
Warna yang diuji |
Hasil (mg/kg) |
|||
Pb |
Hg |
Cr |
Cd |
|||
1 | Sempoa (Benho) | Ungu muda | < 0,01 | 0,38 | 3,25 | < 0,01 |
2 | Kereta (Hongji Toys) | Merah | < 0,01 | 0,51 | 0,98 | 0,09 |
3 | Dinosaurus | Orange | 8,83 | 0,64 | 3,65 | < 0,01 |
4 | Sempoa (ELC) | Kuning | < 0,01 | < 0,001 | 0,35 | < 0,01 |
5 | Balok ukur warna | Biru | < 0,01 | 0,51 | 0,79 | < 0,01 |
6 | Color Bricks Brain bricks(Balok rumah-rumahan) | Putih | < 0,01 | 0,50 | < 0,01 | 0,24 |
7 | Puzzle Ikan | Hitam | 7,57 | 0,87 | 7,11 | < 0,01 |
8 | Three Branded | Orange | 0,90 | 37,14 | 3,44 | 0,10 |
9 | Maze | Kuning | 2,63 | 12,37 | 4,63 | < 0,01 |
10 | Ronce | Ungu | < 0,01 | 1,46 | 3,62 | < 0,01 |
11 | Mozaic Blocks | Hijau muda | 2,5 | < 0,001 | < 0,01 | < 0,01 |
12 | Wooden Counting House | Merah | 1,8 | 1,21 | < 0,01 | < 0,01 |
13 | Puzzle Bentuk | Hijau | < 0,01 | 1,78 | 17,47 | 0,11 |
14 | Sempoa kecil | Merah | 1,0 | 39,27 | 2,75 | < 0,01 |
15 | Geometri | Biru | < 0,01 | 0,55 | 2,65 | < 0,01 |
16 | Plan Toys Balancing cactus | Hijau tua | < 0,01 | 9,50 | 11,57 | < 0,01 |
17 | Kotak pos | Kuning | 0,4 | < 0,001 | 4,77 | < 0,01 |
18 | City Block A | Merah | < 0,01 | 0,74 | 13,76 | < 0,01 |
19 | Puzzle Kupu-kupu | Pink | < 0,01 | < 0,001 | < 0,01 | < 0,01 |
20 | Puzzle Kucing | Biru | 8,4 | 0,38 | 3,04 | < 0,01 |
21 | Sempoa | Pink | < 0,01 | 0,89 | 4,48 | < 0,01 |
Dari hasil pengujian yang dilampirkan pada Tabel 1, dapat ditarik kesimpulan bahwa kandungan logam pada cat dengan nilai bervariasi. Nilai tertinggi untuk logam: Pb = 8,83 mg/kg (sampel no.3); Hg = 39,27 mg/kg (sampel no.14), Cr = 17,47 mg/kg (sampel no.13) dan Cd = 0,24 mg/kg (sampel no.6).
Bahaya logam berat, diantaranya timbal (Pb); dapat merusak sistem pencernaan, sistem saraf pusat, gangguan pada jaringan dan organ metabolisme tubuh. Sedangkan merkuri (Hg) dapat mengakibatkan kerusakan keseimbangan, gangguan paru-paru hingga gagal ginjal. Chromium (Cr) dapat menyebabkan kerusakan hati, kanker paru-paru dan Cadmium (Cd) dapat merusak pembuluh darah, menggumpal di dalam ginjal, mengakibatkan gagal jantung dan kerusakan ginjal.
Analisa Label
Selain uji laboratorium, YLKI juga melakukan analisa label terhadap ke-21 sampel. Analisa label ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pelaku usaha memberikan informasi yang memadai bagi konsumennya. Hal ini selaras dengan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa konsumen berhak mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur; berhak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang.
Secara spesifik, pencantuman label tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 22/M-DAG/PER/5/2010 tentang Kewajiban Pencantuman Label Pada Barang. Adapun hal-hal yang wajib tercantum dalam kemasan diantaranya; nama atau merek barang, nama dan alamat produsen untuk barang produksi dalam negeri, nama dan alamat importir untuk barang impor, spesifikasi barang, keterangan untuk penggunaan dan pemeliharaan (jika diperlukan) sesuai karakteristik barang, simbol bahaya dan/atau tanda peringatan yang jelas serta negara pembuat atau Made in.
Tabel 2. Nama Produsen berdasar Analisa Label
No. |
Jenis Mainan |
Produsen |
Tempat Pembelian |
1 | Sempoa (Benho) | Zhejiang Hexin Toys, Zhejiang, China | Kelapa Gading |
2 | Kereta (Hongji Toys) | Zhejiang Hongji Toys Manufacture | Kelapa Gading |
3 | Dinosaurus | – | Kelapa Gading |
4 | Sempoa (ELC) | Made in China, Early learning centre Swindon SN34JJ, England, www.elc.com | Kelapa Gading |
5 | Balok ukur warna | – | Pejaten village |
6 | Color Bricks Brain bricks(Balok rumah-rumahan) | China | Plaza Semanggi |
7 | Puzzle Ikan | – | ITC Kuningan |
8 | Three Branded | – | ITC Kuningan |
9 | Maze | – | Ambasador |
10 | Ronce | – | ITC Cempaka mas |
11 | Mozaic Blocks | Made in Israel | Senayan City |
12 | Wooden Counting House | Made in China, Early Learning Centre, Walford WD24 6SH, England, www.elc.com | Senayan City |
13 | Puzzle Bentuk | – | Mal Taman Anggrek |
14 | Sempoa kecil | – | Pasar Gembrong |
15 | Geometri | – | Pasar Gembrong |
16 | Plan Toys Balancing cactus | Made In Thailand | Pejaten Village |
17 | Kotak pos | – | Ciputra mall |
18 | City Block A | – | Ciputra mall |
19 | Puzzle Kupu-kupu | – | Ciputra mall |
20 | Puzzle Kucing | – | Pasaraya Manggarai |
21 | Sempoa | – | Produsen Mainan |
Dari hasil analisa label terhadap ke-21 sampel yang diuji, diketemukan hasil:
- Terdapat 3 (tiga) produk yang berasal dari China; 2 (dua) produk dari Inggris tetapi menyantumkan tulisan made in China; 1 (satu) produk berasal dari Thailand; 1 (satu) produk dari Israel; serta 14 (empat belas) sisanya merupakan produk lokal (Indonesia).
- Untuk semua produk lokal, mainan hanya dikemas dalam plastik bening tanpa ada informasi yang jelas mengenai merek dan produsen mainan tersebut.
- Sedangkan produk China, mainan dikemas dalam kotak karton dengan mencantumkan merek dan jenis mainan, serta produsen dalam bahasa dan tulisan China.
- Produk yang berasal dari Thailand, Inggris dan Israel, menggunakan kemasan kardus dengan informasi dalam bahasa Inggris. Di dalam kemasan terdapat informasi mengenai usia anak, produsen dan klaim produk.
Tampilan Fisik
Selain pengujian di laboratorium dan analisa label, pengamatan juga dilakukan secara kasat mata untuk tampilan fisik dari mainan yang diuji. Ditemukan mainan dengan permukaan kayu yang tidak halus/rata, terdapat lubang-lubang kecil pada mainan, bau yang sangat menyengat dari cat yang digunakan serta warna cat yang mencolok dan pengecatan yang tidak merata.
Tampilan fisik seperti ini, dikhawatirkan dapat membahayakan anak-anak, apalagi produk tersebut digunakan oleh anak-anak dengan usia yang rentan. Sehingga diperlukan pengawasan ekstra ketat baik dari pihak orang tua (jika di rumah) dan dari pihak sekolah (jika di sekolah). Mainan dengan permukaan tidak halus dapat melukai anak-anak, sedangkan lubang-lubang kecil pada produk mainan dapat menjadi tempat perkembangbiakan serangga-serangga kecil.
Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menerbitkan standar nasional Indonesia (SNI) mengenai keamanan mainan anak. Standar ini mengadopsi dari standar internasional (ISO 8124 tahun 2010). SNI ini terdiri dari 4 bagian, yaitu: (1) Aspek keamanan yang berhubungan dengan sifat fisis dan mekanis; (2) Sifat mudah terbakar; (3) Migrasi unsur tertentu; (4) Ayunan, seluncuran dan mainan aktivitas sejenis untuk pemakaian di dalam dan luar lingkungan tempat tinggal. Untuk SNI bagian 3, yang meliputi kandungan logam berat pada mainan, dengan batas maksimal yang ditentukan sebagai berikut :
Unsur Kimia |
Bahan mainan kecuali plastisin dan cat kuku (mg/kg) |
Sb (Stibium = Antimon) |
60 |
As (Arsenikum = Arsen) |
25 |
Ba (Barium) |
1000 |
Cd (Cadmium) |
75 |
Cr (Chromium) |
60 |
Pb (Plumbum = Timbal) |
90 |
Hg (Raksa = Merkuri) |
60 |
Se (Selenium) |
500 |
Konklusi dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil pengujian YLKI, hasil kandungan logam berat pada mainan anak ini masih dalam batas normal SNI, tetapi bahaya dari logam berat itu bukan berdasarkan besar kecilnya kandungan saja, tetapi dikarenakan ada atau tidaknya kandungan logam berbahaya dalam produk tersebut. Tentu saja, berapa pun nilai itu, akan memberikan dampak negatif pada kesehatan utamanya anak-anak yang masih rentan terkontaminasi.
Dari hasil uji laboratorium, analisa label dan pengamatan fisik, YLKI merekomendasikan kepada:
- Pemerintah. Untuk membuat SNI wajib terhadap mainan anak, membuat regulasi yang mewajibkan semua mainan anak menyantumkan label berbahasa Indonesia yang meliputi cara penggunaan, usia, dan peringatan. Memberikan pembinaan dan peningkatan sumber daya manuasia (SDM) pada produsen mainan anak sehingga dapat bersaing dengan mainan produk impor. Serta pemerintah wajib melakukan pengawasan untuk semua produk yang beredar di Indonesia, dan law enforcement.
- Produsen/Importir. Mendorong kepada produsen/importir untuk memproduksi/mengimpor mainan anak sesuai standar keamanan. Produsen/Importir wajib menyediakan informasi yang jelas, jujur dan lengkap terkait produk mainan, serta menyediakan layanan konsumen.
- Konsumen. Agar lebih jeli dalam membeli mainan anak, jangan mudah terpancing dengan harga yang murah, memilih mainan sesuai dengan usia anak, tidak terpengaruh oleh iklan, membiasakan membaca label serta mengedukasi anak-anak untuk mencuci tangan setelah bermain.
***
Noor Jehan, Staf YLKI
(Dimuat di Majalah Warta Konsumen)
1 Comment on "Amankah Mainan Anak Anda?"