Tumbuhnya kreativitas dalam periklanan, sudah melahirkan ide-ide yang sangat cerdas untuk menyampaikan pesan iklan dan informasi kepada masyarakat sebagai calon konsumen. Dewasa ini, iklan tidak lagi tampil dalam kemasan gambar maupun poster semata. Iklan bisa ditampilkan dalam bentuk informasi atau berita (advertorial).  Advertorial memuat target yang ingin diraih produsen, dengan membangun kesadaran merk (brand awareness), citra merk, citra perusahaan (corporate image) serta menyajikan informasi.

 

Dalam advertorial tersebut, calon konsumen disuguhi beragam informasi yang lebih komplit dari sekedar iklan poster maupun gambar semata, namun lebih mirip sebuah artikel atau berita yang berisi ragam informasi. Tidak saja janji terhadap produk yang menjadi ‘jantung berita’, melainkan kerap kali  menampilkan berita seputar produk dan kaitannya, rekomendasi, testimoni, tips dan masih banyak lagi.

 

Sebagai contoh advertorial produk pendongkrak stamina lelaki, berita itu tidak hanya membeberkan keunggulan suatu produk yang ditawarkan semata, namun lebih jauh calon konsumen juga diinformasikan tentang sebab-akibat impotensi atau apa dan bagaimana ejakulasi dini, penyakit yang terkait dengan masalah tersebut dan sebagainya. Meskipun pada akhirnya juga akan bermuara sama, penawaran sebuah produk yang diklaim sesuai dengan maksud berita.

 

Pemilihan kemasan berita yang sedap dibaca, tanpa membuat orang untuk segera membalik ke halaman berikut menjadi pertimbangan tersendiri ditengah ‘berita sesungguhnya’.  Meskipun secara jelas dapat dibedakan antara berita iklan dan berita sesungguhnya, dengan hanya melihat tulisan “Iklan”. Secara moral terdapat kewajiban agar setiap berita iklan menyantumkan tulisan “Advertorial” atau “Iklan” di tempat yang jelas dan mudah terlihat

 

Sebagai sebuah informasi, tentu saja hal ini sangat berguna bagi para pembacanya. Secara tidak langsung berita advertorial sudah memberikan nuansa dan wawasan baru. Pembaca menjadi terinformasi bagaimana berkelit dari penipuan transaksi online, misalnya, bila advertorial tersebut dari perbankan. Atau bagaimana pembaca harus bersikap ketika kedapatan motor macet di tengah hujan dan banjir, yang disampaikan oleh industri otomotif.

 

Namun begitu sebagai pembaca dan calon konsumen, Anda tetap harus mewaspadai nilai akurasi dan kebenaran dalam informasi tersebut. Bukan mustahil informasi yang diberikan akan melebih-lebihkan hanya untuk menstimulus keinginan pembaca membayar produk yang dimaksud. Anda dituntut selektif untuk memutuskan yang terbaik bagi diri sendiri. Cara-cara tersebut diantaranya dengan memerhatikan hal-hal berikut;

 

  1. Tidak mudah percaya pada janji yang berlebihan. Bukan hanya calon anggota legislatif atau partai politik yang mengumbar janji, tidak sedikit iklan advertorial membuat berita yang sangat bombastis. Informasi yang mengatakan bahwa Anda bisa menurunkan berat badan sebanyak 5 kg hanya dalam tempo seminggu tanpa diet, tanpa operasi dan tanpa efek samping misalnya. Secara ilmiah, hal ini akan sulit dibuktikan. Mengurangi berat badan secara drastis dalam tempo singkat tentunya sangat berisiko terhadap kesehatan.

 

Disamping itu, acapkali penawaran produk kesehatan atau suplemen mengklaim sebagai produk yang mujarab. Minuman X dari sari buah A, misalnya, sangat berkhasiat untuk menyembuhkan beragam penyakit. Mulai dari sakit kepala, asam urat sampai diabetes, kanker bahkan HIV. Atau suplemen Y berasal dari suku Z yang terkenal dengan ramuan rahasianya. Untuk jenis klaim semacam ini, Anda perlu lebih waspada dan teliti.

 

  1. Tidak mengandalkan rekomendasi produk hanya pada satu sumber saja, apalagi jika sumber tersebut berasal dari produsen. Sebagus apapun mutu sebuah handset telepon genggam, misalnya, bila hal itu ditulis dan dikeluarkan oleh vendor bersangkutan, maka tidak ada salahnya Anda melakukan komparasi dengan produk lain. Akan lebih baik jika Anda juga melakukan lagi cek dan ricek terhadap produk itu ke sumber lain.
  2. Testimoni selebriti. Dalam menarik perhatian calon konsumen, pelaku usaha bisa menggunakan jasa selebriti untuk memromosikan produknya. Testimoni selebriti sah-sah saja dilakukan sepanjang tidak menyalahi aturan dan tidak bertabrakan dengan kode etik periklanan. Para selebriti seolah-olah menjadi saksi bahwa produk yang dibintanginya memang manjur adanya, meskipun dalam keseharian para arits tersebut belum tentu menggunakan produk serupa.

 

Dalam advertorial, kesaksian artis cantik A yang mengaku berkulit putih bersih bersinar setelah menggunakan produk sabun Y. Anda hanya perlu sedikit keyakinan, bahwa si artis tetap akan berkulit bersih bersinar kendatipun menggunakan produk lain. Artinya, produk yang dikatakan selebritis dalam kesaksiannya di advertorial belum tentu sesuai dengan kenyataan.

 

  1. Mengandalkan informasi akurat dari ahli. Serahkan pada ahlinya – meminjam istilah Gubernur Fauzi Bowo dalam kampnye Pilgub – demikian istilah yang agaknya cocok untuk langkah berikut ini. Sebagai contoh, konsultasikan sebelum Anda memutuskan menggunakan produk kesehatan yang diklankan itu pada dokter Anda atau pakar kesehatan.
  2. Selalu ingatlah bahwa berita advertorial merupakan berita pesanan atau kemauan dari klien (produsen). Mayoritas advertorial akan bercerita mengenai hal-hal yang bagus dan sangat bersifat subyektif terhadap sesuatu jenis produk. Pada prinsipnya advertorial sama dengan iklan kebanyakan yang bertujuan menarik minat pembaca sebagai calon konsumen terhadap produk-produk tertentu.

 

Nah, dengan sedikit informasi tersebut mudah-mudahan Anda dapat menjadi seorang konsumen yang memilki kekayaan informasi dari seringnya membaca dan memahami advertorial dan bukan terjerembab dalam daya tarik advertorial tanpa pertimbangan matang.

 

Agus Sujatno- Staff YLKI

(Dimuat di Majalah Warta Konsumen)