Hidup sehat dimulai dari pilihan makanan yang sehat pula. Selain, tentu saja, olah raga teratur, tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol. Inilah cara-cara menghindari penyakit tidak menular yang sedang gencar dikampanyekan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia, karena merupakan pesan WHO.

Penyakit tidak menular memang menjadi perhatian dunia. Kematian diakibatkan penyakit tidak menular meningkat dari tahun-tahun. Padahal, penyakit tidak menular merupakan penyakit yang dapat dicegah, karena pada umumnya disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat.

Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjukkan peningkatan pada anak-anak dengan kelebihan berat badan dan obesitas. WHO mengatakan, di antara penyebabnya adalah pola makan yang tidak sehat serta kurangnya aktivitas fisik. TIdak heran, belakangan ini anak-anak memang  lebih sering bermain dengan komputer atau jenis gadget lainnya ketimbang berkeringat di luar rumah.

Terkait pola makan, junk food sepertinya menjadi kegemaran anak-anak sekarang. Junk food tidak hanya yang selama ini kita kenal sebagai fast food seperti ayam goreng, jenis hamburger atau minuman ringan bersoda. Makanan yang memiliki kandungan gula, lemak, atau garam tinggi juga dikategorikan junk food. Pesan untuk mengurangi konsumsi gula, garam dan lemak untuk menghindari penyakit tidak menular menjadi pesan yang dikampanyekan Kementerian Kesehatan belakangan ini.

Lantas, bagaimana mengetahui makanan yang kita konsumsi sehat atau tidak? Berapa kandungan gula, garam atau lemak yang dapat dikategorikan tinggi? Kementerian Kesehatan baru saja mengeluarkan berapa  anjuran konsumsi gula, garam dan lemak per orang per hari. Untuk gula, batas maksimum 50 gram. Sementara untuk lemak 78 gram dan garam 2000 mg.

Namun, panduan ini belum cukup membantu. Dalam sehari begitu beragam yang kita konsumsi. Selain makanan utama: sarapan, makan siang, dan makan malam, masih ada makanan dan minuman lain yang masuk ke tubuh kita. Khusus untuk makanan atau minuman kemasan, alangkah baiknya apabila dapat mengetahui kandungannya sebelum  dikonsumsi.

Nah, apakah gambar dan keterangan yang ada pada label pangan kemasan telah memberikan informasi yang memadai bagi konsumen? Atau membantu konsumen mempertimbangkan apakah akan mengonsumsinya atau tidak?

Dengan hanya melihat kemasan dan membaca informasi yang ada pada label, dapatkah kita mengetahui bagaimana kandungan gizi yang ada pada makanan kemasan? Apakah makanan tersebut mengandung gula, garam atau lemak yang tinggi atau rendah?

YLKI bersama Consumers International membuat sebuah kuis sederhana untuk menguji apakah kita dapat menebak kandungan gizi suatu pangan olahan dengan hanya melihat kemasannya. Apakah model pelabelan tertentu dapat lebih membantu untuk memilih sesuai kebutuhan? Misalnya ada konsumen yang cenderung menghindari garam yang tinggi, sementara konsumen lain harus lebih memerhatikan konsumsi gulanya.

Ikuti kuis ini melalui http://consumerfoodquiz.polldaddy.com/s/ylki, hanya butuh dua menit untuk menyelesaikannya. Kita semua punya hak untuk tahu apa yang kita konsumsi. Kirimkan juga pendapat atau saran Anda jika ada.