Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan sistem single operation PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) belum saatnya dilaksanakan. “Konsepnya baik, tapi infrastrukturnya belum siap,” kata Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi

 

Ia mengatakan PT KCJ seharusnya melakukan perbaikan infrastruktur terlebih dahulu. Pelaksanaan sistem operasi tunggal saat ini dinilai sangat rentan. “Sekitar 70 persen kereta api saat ini sudah sangat tua,” kata Tulus.

Usia rata-rata kereta api yang digunakan sepanjang rute Jabodetabek sekitar 30-40 tahun. Menurut dia, hal ini akan berpengaruh pada pelaksanaan operasi tunggal yang membutuhkan kereta dengan tingkat kekuatan yang sepadan. “Karena satu jalur, tidak boleh ada yang macet,” ujarnya.

Ia juga menyatakan usia tua membuat kecepatan kereta berkurang. “Akan sulit sesuai jadwal.” Selain itu, kata dia, sistem operasi tunggal membuat kereta terus berputar dan beban ini cukup berat bagi kereta tua.

Sosialisasi yang dilakukan PT KCJ dan pemerintah juga amat minim. “Seharusnya ada penjelasan mendetail, khususnya mengenai waktu-waktu keberangkatan,” kata dia.

Sistem operasi tunggal ini akan resmi diterapkan mulai 2 Juli 2011. Sistem ini akan menghilangkan kereta ekspres dan kereta ekonomi AC. Kedua jenis kereta itu akan digantikan oleh kereta Commuter Line yang berhenti di setiap stasiun. Tarif Commuter Line adalah Rp 9.000 untuk rute Jakarta-Bogor dan Rp 8.000 untuk rute Jakarta-Bekasi, Jakarta-Tangerang, dan Jakarta-Serpong.

Tulus mengatakan kenaikan tarif tidak didasarkan pada data kemampuan bayar konsumen. “Kenaikannya terlalu tinggi,” kata Tulus. Menurut dia, memang terjadi selisih yang jauh antara tarif operasional per penumpang dengan harga tiket yang dijual. Namun, dapat ditutupi dengan dana Public Service Obligation dari pemerintah sebesar Rp 560 miliar per tahun.

Menurut dia, beberapa negara memiliki sistem transportasi yang baik, seperti Jepang, Malayasia, Singapura, dan Thailand. Tarif kereta di negara-negara itu memang tinggi bila dirupiahkan. “Tetapi kualitas mereka sangat baik,” kata Tulus.

Sistem operasi tunggal PT KCJ, kata dia, akan efektif dan berhasil bila infrastruktur juga dibangun menjadi lebih baik. “Penumpang pasti mau membayar bila pelayanannya sesuai.”

Sumber : Tempointeraktif.com