Merawat kulit, agaknya menjadi bagian tak terpisahkan bagi masyarakat modern, khususnya kaum hawa. Agar tampil lebih menarik, tak segan mereka mengeluarkan lebih banyak uang untuk merawatnya. Rumah-rumah kecantikan/salon yang tumbuh bak jamur dimusim penghujan kebanjiran pelanggan. Beragam jenis kosmetik perawatan kulit pun ditawarkan. Mulai dari sabun mandi yang diklaim menghaluskan kulit, pembersih muka, cream anti acne, sampai krim pemutih.
Namun, meluasnya pemakaian produk perawatan kulit oleh masyarakat tanpa batas, dikhawatirkan bisa menimbulkan efek-efek samping yang akan mengganggu kesehatan. Produk perawatan kulit termasuk golongan kosmetika bukan obat, sehingga fungsinya tidak untuk mempengaruhi tubuh manusia. Sedikit masyarakat yang tahu bahwa struktur dan fungsi kulit sangat dipengaruhi lingkungan, karena itu penggunaan produk perawatan kulit yang salah dapat menimbulkan efek samping. Artinya, munculnya kelainan pada kulit dapat terjadi karena pemakaian yang berlebihan, penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak tepat, serta pembuatan yang tidak baik pada produk perawatan kulit.
Padahal, penggunaan produk perawatan kulit yang salah dapat memicu efek samping yang sulit terdeteksi. Ini terjadi karena kebanyakan produk yang dipakai biasanya beberapa jenis dan komposisi dari produk merupakan campuran beragam bahan dengan sifat yang berbeda-beda. Selain itu, tidak semua bahan dicantumkan dalam label. Lebih menyulitkan lagi karena tidak semua penderita yang mengalami masalah, segera konsultasi ke dokter. Inilah yang kemudian menjadi penyebab efek samping tidak terdeteksi dengan jelas.
Menurut Perkumpulan Ahli Dermatologi, di beberapa negara Eropa dan Amerika, salah satu kosmetik yang sering memberi efek samping adalah pemakaian produk perawatan kulit. Produk tersebut umumnya terdiri dari campuran bahan-bahan. Untuk itu harus diperhatikan komposisinya, seperti bahan aktif, bahan pengawet, bahan anti mikroba, bahan anti oksidan, parfum, serta zat warna. Produsen kosmetik Bionsen di Inggris, menyebutkan bahwa kaum perempuan setiap hari terpapar 515 bahan kimia dari berbagai produk kecantikan. Bahan kimia tersebut merupakan bahan dasar produk pembuatan kosmetik, seperti pembersih, pelembab kulit, perawatan rambut shampo dan gel rambut, serta produk untuk pencukur janggut.
Penggunaan Paraben
Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia No: HK.00.05.42.1018 tentang Bahan Kosmetik menyantumkan daftar bahan yang diizinkan digunakan dalam kosmetik dengan pembatasan dan persyaratan penggunaan. Diantaranya penggunaan bahan paraben yaitu nama dagang dari 4-Hydroxybenzoic acid, its salt and esters dengan nomor ACD 12 di daftar pengawet. Dijelaskan bahwa ester adalah methyl, ethyl, propyl, isopropyl, butyl, isobutyl, dan phenyl. Kadar maksimumnya 0,4 persen (asam) untuk ester tunggal serta 0,8 persen (asam) untuk ester campuran yang ditambahkan kedalam sediaan kosmetik dengan tujuan utama untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme .
Sementara, penggunaan pengawet paraben sebenarnya mengundang kontroversi karena beberapa penelitian menunjukkan paraben bisa memicu masalah kesehatan serius seperti pencetus kanker dan masalah kesuburan pada pria. Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Kyoto Prefectural University of Medicine, bahwa beberapa jenis paraben yang aman, bisa juga bermutasi menjadi racun berbahaya saat terkena sinar matahari. Lain halnya dengan para ilmuwan dari FDA yang menyatakan paraben aman, tetapi masih dibutuhkan penelitian lanjutan. Diperkirakan lebih dari 90 persen dari semua produk kosmetik mengandung satu atau lebih paraben. Faktanya, paraben merupakan zat pengawet yang paling banyak digunakan di dunia karena keberhasilannya, rendahnya risiko iritasi yang mungkin timbul dan stabilitasnya.
Pada dasarnya, setiap bahan kimia yang ditempelkan pada kulit dapat menyebabkan kelainan kulit. Jika aplikasi pertama pada kulit memberikan kelainan disebut iritan, kemudian kalau terjadi kelainan setelah pemakaian berulang disebut sensitizer. Pencetus keracunan, kanker, atau kelainan kulit yang mengancam kesehatan bukan hanya dari paraben saja tetapi bisa juga dari bahan kimia lain seperti Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dan Ammonium Lauryl Sulfate (ALS), Propylen Glycol, Isopropyl alcohol, Diethanolamine (DEA), Triethanolamine (TEA) dan Monoethanolamine (MEA), Aluminium, Minyak mineral, serta Polyethylen Glycol (PEG). Penggunaan berlebihan dapat menimbulkan iritasi yang hebat bahkan komplikasi penyakit dalam. Penting diketahui, bahwa paraben bukanlah satu-satunya zat yang memiliki efek estrogenic terhadap tubuh.
Bulan Maret 2010 Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) bersama Organisasi Konsumen Korea melakukan analisa label pada produk perawatan kulit yang mengandung Paraben di Jakarta. Ada 36 produk kosmetik yang terkumpul terdiri dari shampo, busa mandi, pembersih muka, sabun mandi, serta krim untuk iritasi. Hanya 2 jenis yang bukan golongan pembersih atau pembilas yaitu menghilangkan alergi popok bayi dan lotion. Dari 36 produk tersebut diperoleh 11 merek yang mengandung golongan Paraben, seperti terlihat dalam tabel.
No | Merek | Komposisi | Kegunaan | Produsen |
1 | Pigeon facial foam 40 g
|
Purfied water, sodium laureth sulfate,cocamidopropyl betaine, sodium stearate, glycerine, phenoxyethanol, methylparaben, ethylparaben, propylparaben, butylparaben, citric acid, glycol distearate, chamomilla recutita (matricaria) flower water, PEG-40 hydrogenated castor oil, trideceth-9, bisabolol,propylene glycol, fragrance,tetrasodium EDTA,ethoxydiglycol, PEG-26 jojoba acid, PEG-26 jojoba Ethanol, butylene glycol, simmondsia chinensis. | Sabun muka untuk semua jenis kulit | PT.Multi Indocitra Indonesia
|
2 | Garnier
facial wash 100 ml
|
Aqua/water,sodium laureth sulfate,glycerin,decyl glucoside,polyethylene,acrylates/C10-30 alkyl acrylate, crosspolymer,ascorbyl glucoside, citrus limonum/lemon fruit extract,gentiana lutea/gentiana luteextract,jojoba,esters,salicyl acid,benzophenone-4,iodopropynyl butylcarbamate, peg-4 dilaurate, peg-4 laurate,polyquaternium-10,sodium hydroxide,talc,terasodium edta,xanthan gum, alcohol, CI 19140/yellow5 lake, CI47005/yellow 10,CI 73360/red 30, butylparaben, ethylparaben,isobutylparaben, methylparaben,phenoxyethanol,propylparaben,parfum/fragrance,benzyl salicylate,limonene, linalool (F.I.L. B 11040/1) | Brightening scrub wash
|
PT L’Oreal Indonesia Jl.Rasuna Said KavX Jakarta
|
3 | Pigeon
Liquid soap 200 ml
|
Purified Water,lauryl Glucoside (and) Cocamidopropyl Betaine, Sodium Laureth Sulfate,DisodiumLaureth Sulfosuccinate, Butylene Glycol,phenoxyethanol, Methylparaben, Ethylparaben, Propylparaben, Butylparaben, Fragrance, sodium PCA,Styrene Polymer, Sodium Citrat,PEG-150 Distearate,Ethoxydiglycol,Propylene Glycol,PEG-26 Jojoba Acid, PEG-26 Jojoba Ethanol,PEG-40 Hydrogenated castor oil, Simmondsia Chinensis (Jojoba) Seed Oil, Trideceth-9, Chamomilla recutita (Matricaria) flower Water, Bisabolol, Tetrasodium EDTA, Citric Acid, Sodium Chloride. | Baby liquid soap
|
PT.Multi Indocitra Indonesia
|
4 | Viva
cleanser 50g
|
Aqua, kaolin, mono alkyl phosphat, Acrylate Crosspolymer, Glycerin, Lauryl Glucoside, Titanium dioxyde, Cocamide Dea, Dimethycone Cpolyol, D-Panthenol, Aloe vera extract, Parfum, Methyl Paraben, Yogurt filtrate, Butylene glycol | clean mask refrehner
|
PT.Vita
pharm Surabaya
|
5 | Shinzui
facial wash 40 ml
|
Cocamidopropyl betaine, Sodium Laureth sulfate, water, glycerine, Herba matsu oil, Cotton extract, With hazel extract, Sodium lactate, Sodium PCA, Sodium benzoate, Lactic acic , PEG 7, Glyceryl Coconate, C 10-30 Alkyl Acrylate crosspolymer, Sodium Hydroxyde, Fragrance, Phenoxyethanol, Parabens | skin lightening facial wash
|
PT.Bina Karya Prima
|
6 | Baby-Dee
cream 50g
|
Demineralized water, Mineral oil, Stearic acid, Dimethycone, Beeswax, Zinc Oxide, Cyclomethycone, Honey extraxt, Sodium PCA, Pr0-vitamin B5, Glycerine, Fragrance, Allantoin, Methyl paraben, Propyl paraben
|
diaper cream
|
PT.joenoes Ikamulya
|
7 | Zwitsal
baby cream 50 ml
|
Water, mineral oil, Sorbitan Olivate, Petrolatum, Zinc Oxyde, Dimethycone Glycerine, Beeswax, Jojoba oil, PEG-30, Dipoly hiroxystearate, Lactic acid, Canola oil, Magnesium Sulfate heptahydrate, Magnesium stearate, Parfum, Zinc Sulfate, Phenoxyethanol, Sodium methyl paraben, Allantoin, Calcium hydroxide, Retynil palmitate, Tocopheryl acetate, Ascorbyl palmitate. | baby cream with zinc
|
PT.Sara Lee body care Indonesia
|
8 | Cussons baby
Lotion 50 ml |
Aqua, Mineral oil, Cetearyl alkohol, Ceteareth-20, Zinc oxyde, Calamine, Glyceril Stearate, Talc, Phenoxyetahanol, AllantoinMethyl paraben, Ethyl paraben, Propyl paraben, Butyl paraben, Parfum. | Prickly Heat lotion
|
PT.PZ Cussons Indonesia
|
9 | Cussons baby
Cream 50 mg |
Zinc oxyde 4%, Allantoin 0,1%, aqua, mineral oil, Glycerine stearate, Cetearyl alkohol, Cetearet-20, Zinc Oxyde, Methyl paraben, Ethyl paraben, Phenoxy ethanol, Prophyl paraben, Butyl paraben, Allantoin, Parfum | diaper rash cream
|
PT.PZ Cussons Indonesia
|
10 | Mustika Ratu
facial foam 75 g
|
Water, Cocamidopropyl Betaine, Stearic Acid, ………. …… Extract, sodium PEG-7 Olive Oil, Carboxylate PEG-4……. ….. …….. (licorice),…… Extrtract, Hydrogenatted jojoba Oil, Tocopheryl Acetane, Mthylparaben,Fragrance, ……., Propylparaben. | bengkoang whitening
|
PT.Mustika Ratu
|
11 | Lifeboy
shampoo 90 ml
|
Water, Sodium Laureth sulfate, Sodium Chlorida, Santan Gum, Tocopheryl Acetate, Glycerile linoleat, Glyceryl Linolenate, Retinil Palmitate, Panthenol, Phenoxy ethanol, Methyl paraben, Buthyl paraben, Ethyl paraben, Prophyl paraben, isobutyl paraben, Lisin HCl, Pentilen glikol, PEG 40, Hydrogenated castor oil | anti hair fall
|
PT.
Unilever Indonesia
|
Dari 11 merek ber paraben terdiri dari; 4 sabun pembersih muka, 1 sabun mandi cair, 1 cairan pembersih muka, 3 krim alergi, 1 shampo, dan 1 lotion. Keempat produk pembersih muka, memiliki klaim berbeda-beda yaitu memutihkan kulit, mencerahkan kulit, mengikis kulit serta untuk semua jenis kulit. Fungsi perawatan kulit yang sederhana ternyata menjadi rumit dengan beragam komposisi, meski jenisnya sama. Penggunaan pengawet golongan paraben yang lebih dari satu dan nama-nama bahan bukan dengan nama dagang sulit dipahami.
Pengawet konon diperlukan untuk memberi perlindungan pada kosmetik agar terhindar dari pencemaran saat digunakan dan akibat pertumbuhan kuman. Pengawet lainnya adalah Ammonium kuartener, alcohol, golongan fenol, antioksidan BHA, Vit E, asam benzoat. Memang, semua bahan tersebut masuk kategori bahan yang diperbolehkan dalam kosmetik. Selain pengawet, produk perawatan kulit mengandung juga penyeimbang PH, stabilisator, pewarna, pewangi, dan pelembab dari beragam bahan kimia.
Survei pemahaman konsumen tentang bahan-bahan berbahaya dalam produk perawatan kulit yang pernah dilakukan YLKI, lebih menunjukkan ketidakpahaman konsumen. Selain bentuk huruf yang teramat kecil, banyaknya komposisi, dan bahasa teknis menjadi keluhan konsumen ketika memilih produk.
Ada yang menduga bahwa produk – produk yang menyantumkan menggunakan bahan alami ternyata menggunakan pengawet paraben juga karena paraben merupakan bahan ’food grade’ (dapat dimakan). Paraben dibentuk dari asam (p-hydroxy benzoic acid) yang juga terdapat di dalam raspberry dan blackberry.
Nah, untuk konsumen, langkah terbaik dengan cara membiasakan membaca label meski sulit dipahami, setidaknya gunakan sesuai aturan pakai yang tercantum. Dan ingat, jangan pernah mau dibodohi oleh kata-kata ’natural’ atau ’organic’ pada kemasan produk, jika komposisinya mencantumkan bahan kimia lain. Terakhir, dan tak kalah penting, gunakan sesuai kebutuhan.
Ida marlinda – Staff YLKI
Dari berbagai sumber
(Dimuat di Majalah Warta Konsumen)
3 Comments on "Paraben dalam Produk Perawatan Kulit"